Curhatan Seorang Imigran



Hari ini saya terharu, karena salah satu co-worker saya made a drawing khusus buat saya. It says "Happy September!" So sweet.. oh, and how time flies! Kita sudah hampir tiba di penghujung tahun. Let's say that's the bottom line of this post. Tapi ..sebetulnya saya ingin crita tentang suka duka saya sebagai seorang imigran menginjak tahun ke sembilan tinggal di Amerika, khususnya di lingkungan perkerjaan -termasuk interaksi dengan rekan-rekan kerja. Wait a minute, saya bilang rekan yah, bukan teman kerja, karena di Amerika rekan dan teman itu mempunyai arti yang sangat berbeda. Untuk tempat kerja yg sekarang nih, misalnya, saya cuma menganggap satu atau dua orang sebagai teman, sisanya hanya rekan. Postingan kali ini juga sengaja saya bikin dalam bahasa Indonesia karena saya tidak ingin menyinggung pihak-pihak tertentu. Selain itu, my written Indonesian is getting rusty, so I have to do something about it.

First off, let me start by saying... tempat kerja saya itu termasuk yg kurang beragam secara demografik, yang mana no big deal juga sebetulnya buat saya. Saya sudah menerima the fact that it kills a lot of conversations when you don't watch American football, ketika kamu tidak familiar dengan different dog breeds, or ketika kamu tidak minum alkohol atau tidak makan makanan tertentu. Gak masalah sih that those things kill a lot of conversations, saya punya prinsip dalam hidup saya utk hal2 tertentu, and I am at a point in my life where I don't put "fitting in with others" as a top priority. Saya bukan lagi anak remaja. Asimilasi kultur menurut saya ya bisa menghargai orang lain yg berbeda, treat others like how you like to be treated (yeah, that golden rule), belajar hal-hal baru, terbuka dengan pengetahuan baru, tanpa harus feel like you have to follow the mainstream culture.

Saya masuk ke dunia kerja selepas lulus kuliah di sini dengan open mind, dan gak punya ekspektasi konkrit bakal seperti apa lingkungan pekerjaan saya. Semasa di perkuliahan, fellow students mayoritas sangat open-minded, kind (serius, saya belum pernah bertemu such a great cohort di sini until I met them), punya curious mind, intelligent, well-traveled, appreciative dengan budaya yg bebeda. Dan yang pasti.. tidak pernah satu kalipun mereka melontarkan remarks yg condescending terhadap orang2 yg berbeda latar belakang budaya dan agama di depan orang lain. Jadi mungkin.. saya agak shocked juga menghadapi lingkungan kerja di mana ada beberapa orang yg dengan santainya melontarkan komen kurang peka tentang budaya dan agama lain.

Remark pertama yg pernah saya dengar adalah tentang agama. Seorang rekan melontarkan sebuah generalisasi bahwa muslim itu konotasinya itu ya orang2 yang mendukung organisasi terror yg mana semua orang tau what it is. Wow. Sangat ignorant komennya. Saya hanya diam saja, meski sangat amat kesal. Saya rasa orang2 di negara ini kurang punya pengetahuan ttg agama saya, jadi ya sudah lah, saya maklumi saja.

Kejadian lainnya adalah ketika ada acara get together rekan2 kerja di rumah salah satu dari mereka. Salah satu rekan kerja melontarkan komen bahwa dia tidak suka bepergian ke Asia karena "org2nya makan fish dish yg aneh dan menjijikan di Asia". Excuse me? Yang pertama, orang ini belum pernah ke satu negara pun di Asia. Yang kedua, dia tidak harus makan makanan yg dia bilang aneh dan menjijikan, banyak pilihan makanan lain jadi stop saying that non-sense about that fish dish, yg mana namanya saja dia tidak tahu -dan who knows itu asumsi dia belaka. Ketiga, Asia mana yah? Asia itu luas and tergantung ke mana kamu perginya, you get to eat a wide variety of food. Sooo.. saking gemesnya dengan komentar dia, saya langsung protes dan mengedukasi orang ini bahwa semua jenis makanan itu available in major cities di Asia dan dia tidak harus makan makanan yg dia tidak suka, tapi tetap saja.. ignorant tetap ignorant. Bottom line is.., saya tersinggung. Sebagai satu2nya orang Asia di ruangan itu, saya merasa bahwa remark rekan tersebut sangatlah insensitive dan patronizing. Tidak ada org lain yang berargumen.. iya, orang2 yang lain silent saja, seolah membenarkan lontaran si ignorant tersebut.

Yang mungkin anda find surprising adalah, sebagian besar orang di Amerika tidak travel ke luar negara mereka. Jadi begini, Maret tahun ini saya berkesempatan liburan di Malaysia. Secara tidak sengaja saya mendengar salah satu rekan membicarakan saya dengan another co-worker di belakang saya: "Ngapain juga sih travel ke Malaysia?", mengasumsikan bahwa Malaysia itu tidak exciting, tidak indah, terbelakang, tidak layak sebagai destinasi travel. Hello? Menurut saya Malaysia itu salah satu dari the most amazing places dari segi kultur, sangat modern infrastrukturnya, dan lagi.. it's a heaven on Earth buat mereka pecinta Malay, Chinese and Indian cuisine. Masyarakatnya sangat toleran, dan saya sangat amazed dengan asimilasi tiga major ethnic groups di Malaysia. 

Sebetulnya, saya tidak heran sih dengan komen ignorant mengenai Malaysia, mengingat bagi mayoritas orang Amerika, liburan yg mereka anggap paling exciting itu ya tempat-tempat macem Disneyland di California, Hawaii, Las Vegas, atau paling top itu negara Eropa macem Italy. Sangat predictable. Well, it's not for me to judge, but paling tidak saya tidak akan melontarkan komen merendahkan tentang destinasi liburan orang lain. Jika kamu tidak tau apa yg menarik dari Malaysia, bukankah kamu justru ingin tau kenapa orang tsb memilih Malaysia utk tempat liburan mereka, apa sih yang menarik dari Malaysia? Again, sekali ignorant susah sepertinya ya untuk berubah, dan yang keluar ya, lagi-lagi.. komen negatif. 

Masih tertarik dengan curhatan saya lainnya? Tetap stay tuned! :)

On a positive note, saya akan berangkat ke Taiwan for a two week vacation tomorrow!! Yeah!! Akhirnya, saya bisa mengunjungi tempat lahirnya bubble tea. I'm so excited! Well, jika anda termasuk golongan ignorant anda pasti bingung.. "lhah.. ngapain vacation ke Taiwan??" 

*tepok jidat*

Comments

  1. "Yang mungkin anda find surprising adalah, sebagian besar orang di Amerika tidak travel ke luar negara mereka."

    ... Ga heran banyak artikel Huffington Post atau Buzzfeed yang "NANGKA ITU RASANYA KAYA DAGING, GAES!", "OMG, INI KONSEP NGEBUKA SENDAL SEBELUM MASUK RUMAH SANGATLAH REVOLUSIONER!"

    Bikin tepok jidat dan bergumam, "ya ampun gw kira lu idup di negara maju..."

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts